Roger
Garaudy, seorang cendikiawan Prancis yang jatuh cinta pada Islam
menulis hasil penelitiannya dalam sebuah buku yang berjudul Panji-Panji
Islam. Dengan penuh antusias mengatakan bahwa selama berabad-abad yang
lalu dunia Barat hanya bisa membanggakan satu orang jenius dalam bidang
intelektual yang memiliki multidisiplin dalam bidang keilmuan yaitu
Leonardo da vinci. Sementara dalam Islam terdapat banyak orang jenius
yang universal. Dari Al-Kindi sampai Ar-Razi, dari Al-Bairuni sampai
Ibnu Sina, dan masih banyak orang Islam yang jenius yang telah mengubah
wajah dunia modern.
Dalam bidang matematika kita berjumpa dengan Al-Khawarizmi yang berhasil
menyempurnakan perhitungan sistematis dalam bentuk desimal, algoritma
(al-khowarizmi) . Beliau pelopor paling jenius dalam bidang hitung
menghitung. Sendiri ilmu Aljabar (kata Aljabar diambil dari buku
karangannya yang sangat terkenal sampai saat ini).
Ibnu Tsabit bin Qouroh pada abad IX menciptakan hitungan integral dan
menghubungkan antara geometri dengan Aljabar. Al-Biruni, Abdul Wafa
menemukan teori tentang sinus-cosinus dan menciptakan secante beberapa
abad sebelum Copernicus. Dalam bidang astronomi, dunia barat waktu itu
hanya mengenal satu nama, Plotomeus. Padahal dunia Islam menampilkan
jagoan astronomi yang super jenius, yaitu Al-Battani yang mampu
menghitung enklinasi ekliptik sampai 23 derajat 35 detik.
Pencatat hasil-hasil penggambaran (boleh dibilang karya jurnalistik)
dunia barat hanya mengenal Marcopolo. Padahal tiga abad sebelum
Marcopolo mengenal Cina, pedagang Arab yang bernama Sulaiman telah
singgah di Canton dan disusul oleh Ibnu Battutah. Dalam bidang geografi,
peta bung yang paling mendekati kenyataan, ditemukan oleh orang Islam,
seperti misalnya penemuan Idris yang telah membuat buku karangan Kitab
Raja Roger yang buku itu dilengkapi dengan peta geografis dunia yang
tingkat presisinya sangat tinggi.
Dalam ilmu kelautan, kita berjumpa dengan Ibnu Majid yang menulis buku :
Prinsip-prinsip Pelayaran dan Peraturannya. Dia diberi gelap Singa
Prahara, karena berhasil menjadi petunjuk jalan armada Portugis yang
dipimpin Vasco da Gama, yang berlayar dari Melende di pantai Afrika ke
Calcutta pada 1498. Vasco da Gama sendiri mengakui bahwa Ibnu Majid
adalah asset yang sangat berharga dalam ilmu kelautan khususnya dalam
bidang oceanografi.
Dunia kedokteran di Barat justru sangat mengenaskan. Prestasi dalam
bidang kedokteran Barat pada abad tersebut boleh dibilang nihil, karena
ajaran dan kekuasaan gereja yang menghalangi perkembangan ilmu (ingat
peristiwa pengucilan Galileo Galilei, Copernicus, dll).
Pada 1215, dalam konsili Latran, Paus Innocent II membuat perintah untuk
mengancam para tabib yang mengobati orang sakit, dikarenakan orang
sakit itu adalah para pendosa besar. Karena mental seperti itulah maka
fakultas kedokteran di Paris waktu itu hanya mempunyai satu naskah
ringkasan ilmu. Itu pun dijiplak dari hasil karya Ar-Rizi dan Ibnu Sina.
Pantaslah sebagai tanda terima kasih, dimuka Amphi Theathre di jalan
Saint Peres, Universitas Sorbone Paris, dibuatkan patung sebagai tanda
kehormatan dan rasa berhutang dunia Barat Kristen terhadap dua tokoh
Islam tersebut.
Pada tahun 1000 seorang dokter ahli mata di Baghdad, Al-Maswili dapat
menyembuhkan katarak dengan cara menyedot cairan dengan alat jarum yang
bolong. Padahal operasi semacam itu, baru dapat dilakukan dunia Barat
pada 1864 oleh Dr. Blanchet. Ibnu Nafis menemukan sirkulasi darah empat
ratus tahun sebelum Harvey dan tiga ratus tahun sebelum Michel Servet.
Ahli bedah di Andalusia, Abdul Qosim menyelidiki TBC tulang punggung,
tujuh abad sebelum dilakukan oleh Percivall Pott (1713-178.
Jangan ditanya soal koleksi buku ilmiah. Khalifah Al-Makmur adalah raja
menjadi pelopor didirikannya perpustakaan. Untuk pertama kalinya di
dunia dia membuat perpustakaan dengan koleksi satu juta buku di dalam
perpustakaan yang diberi nama oleh beliau sebagai Baitul Hikmah. Dunia
Barat memang harus berterima kasih kepada Islam, karena mereka baru
menemukan ilmu modern dan memasuki ilmu pencerahan dan pembebasan dari
kemajuan berfikir setelah mereka belajar di Universitas Castilia,
Cordova Andalusia (spanyol), kemudian dibawa ke eropa yang pada waktu
itu sedang terlelap dalam selimut kegelapan yang berat.
Semua itu dimulai dari Al-Quran, satu hal yang paling mengagumkan bahwa
pencapaian keilmuan Islam dimasa lalu dimulai dari penghayatan para
cendikiawan terhadap Al-Quran sebagai sumber dari segala sumber yang
memberikan aspirasi akbar untuk memasuki dunia penelitian. Mereka merasa
sangat terpanggil dengan kisah penciptaan Adam a.s yang sarat dengan
hikmah dan informasi pengetahuan. Misalnya saja surah Al Baqarah ayat
31-33, bagaimana Allah memberikan pengetahuan kepada Adam (al-asma
kullaha) melebihi pengetahuan malaikat, sehingga malaikat dan iblis
diminta memberikan rasa hormatnya kepada Adam yang disimbolkan dengan
bersujud.
Lima ayat Al-Alaq, yang untuk pertama kalinya diwahyukan kepada Rasulullah saw yang merangsang akal untuk menelitinya.
"Bacalah! Dengan mana TuhanMu yang Maha Mulia. Yang mengajarkan dengan
pena. Mengajarkan kepada manusia, tentang apa-apa yang tidak mereka
ketahui."
Al-Quran penuh dengan simbol (tamsil) dan bayan (keterangan) yang secara
komplet menggambarkan berbagai fenomena mikro dan makro kosmos yang
seharusnya selalu merangsang akal dan rasa para Ulil Albab untuk
melakukan tindakan ilmiah. Kalau dunia ilmu pengetahuan tetap
dilandaskan kepada moral, maka kemajuan akan menjadi penunjang
kesejahteraan umat manusia.
Mampukah kita mengulangi kesuksesan masa lalu ? Sehingga umat manusia
dapat diselamatkan dari dajjal yang bermata satu itu (One Dimention Man)
manusia berdimensi satu.
Wahai para Ulil Albab, peranmu ditunggu oleh dunia untuk menyelamatkan umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar