SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI

SAYA BUKAN AHLI....... TAPI SAYA INGIN BERBAGI

Jumat, 24 Februari 2012

SIAPAKAH GERANGAN IBUNYA?

Setelah menyetir terlalu lama sepulang dari kampung saya singgah sebentar di sebuah restoran. Begitu memesan makanan, seorang anak lelaki berusia lebih kurang 12 tahun muncul di depan saya.
Anak Kecil : "mau beli kue?" Katanya sambil tersenyum. Tangannya segera membuka daun pisang yang menjadi penutup bakul kue jajanannya.
"Tidak Nak, Aku  sudah pesan makanan," jawab saya ringkas dan akhirnya dia berlalu.

Pesanan tiba, saya langsung menikmatinya. Gak sampe 20 menit kemudian saya melihat anak tadi menghampiri calon pembeli lain. Saya lihat dia menghampiri sepasang suami istri. Mereka juga menolak tawaran anak itu, dan dia berlalu begitu saja.
Melihat aku selesai makan , Anak Kecil itu kembali mendekatiku  "Bapak kan sudah makan,  mau beli kue saya untuk cuci mulutnya?" tanyanya tenang.
Maaf aku baru selesai makan Nak, masih kenyang nih," kata saya sambil menepuk-nepuk perut. Dia pun pergi, tapi cuma di sekitar restoran. Sampai di situ dia meletakkan bakulnya yang masih terisi penuh.

Setiap yang lalu dia tanya, "mau beli kue saya Pak, Bang... Kakak,... Ibu." Halus budi bahasanya pikir saya. Sambil memperhatikan, terbersit rasa kagum dan kasihan di hati saya melihat betapa gigihnya dia berusaha. Tidak nampak keluh kesah atau tanda-tanda putus asa dalam dirinya, sekalipun orang yang ditemuinya enggan membeli kuenya. Setelah membayar harga makanan dan minuman, saya terus pergi ke mobil. Saya buka pintu, membetulkan duduk dan menutup pintu. Namun belum sempat saya menghidupkan mesin, anak itu sudah berdiri di samping mobilku. Dia tersenyum kepada saya. Saya turunkan kaca jendela, dan membalas senyumannya. "Bapak pasti masih kenyang, tapi mungkin Bapak  perlu bawa kue saya buat oleh-oleh untuk Anak atau istri di rumah," katanya sopan sekali, sambil tersenyum. Sekali lagi dia memamerkan kue dalam bakul dengan menyingkapkan daun pisang penutupnya. Saya tatap wajahnya, bersih dan bersahaja. Terpantul perasaan kasihan dan iba dihati. Lantas saya buka dompet, dan mengulurkan selembar uang Rp 20.000,- padanya. "Ambil ini Nak! Saya sedekah buatmu... maaf saat ini saya belum membutuhkan kue." Saya berkata ikhlas karena perasaan kasihan yang meningkat mendadak.  Alhamdulillah anak itu menerima uang yang saya beri, lantas mengucapkan terima kasih terus berjalan kembali ke kaki lima restoran. Saya gembira dapat membantunya. Setelah mesin mobil saya hidupkan.

Saya memundurkan. Alangkah kagetnya saya melihat anak itu mengulurkan Rp20.000,- uang pemberian saya itu kepada seorang pengemis buta. Saya terkejut, saya hentikan mobil, dan memanggil anak itu. "Kenapa Pak, mau beli kue ya?" tanyanya. "Kenapa Nak engkau  berikan uang yang Bapak kasih tadi pada pengemis itu? Uang itu Bapak berikan untukmu Nak!" kata saya tanpa menjawab pertanyaannya tadi. "Pak, saya tak bisa ambil uang itu. Emak marah kalau dia tahu saya mengemis. Kata emak kita mesti bekerja mencari nafkah karena Allah. Kalau dia tahu saya bawa uang sebanyak itu pulang, sedangkan jualan masih banyak, Mak pasti marah. Kata Mak mengemis kerja orang yang tak berupaya, saya masih kuat Pak!" katanya begitu lancar. Saya heran sekaligus kagum dengan pegangan hidup anak itu. Tanpa banyak soal saya terus bertanya berapa harga semua kue dalam bakul itu. " Bapak mau beli semua ?" dia bertanya dan saya cuma mengangguk -Lidah saya kelu. " Rp.25.000,- saja Pak...." Dengan gembira dia memasukkan satu persatu kuenya ke dalam plastik, saya ulurkan Rp 25.000,-. Dia mengucapkan terima kasih dan berlalu dari pandangan saya.

Ya Tuhan!. Saya hanya bisa bertanya-tanya di dalam hati, siapakah wanita berhati mulia yang melahirkan dan mendidik  anak anak itu ?. Sesungguhnya saya kagum dengan sikapnya. Dia menyadarkan saya, siapa kita sebenarnya.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar